Sabtu, 30 Januari 2016

SUKSES JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI TAHUN 2016



Sukses Jurusan Pendidikan Sosiologi Tahun 2016

Kamis, 28 Januari 2016 adalah hari terlaksananya kegiatan suksesi HMJ Pendidikan Sosiologi dengan tema “ SUKSESI Viva Homini, Viva Socius, Viva Sociologia” yang dihadiri beberapa tamu undangan seperti Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi (Dr I Ketut Margi, M.Si), Sekretaris Jurusan Pendidikan Sosiologi (Dra. Desak Made Oka Purnawati, M.Hum), Pembimbing Kemahasiswaan (I Made Arya Suta Wirawan, M.Pd, M.Si), dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Sosiologi, Ketua MPM (Majelis Permusyawaratan Mahasiswa) Undiksha, Senat FIS (Fakultas Ilmu Sosial), Ketua HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial, serta mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi sebagai penyelenggara kegiatan.
Kegiatan ini dibuka oleh Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi. Kemudian dilanjutkan dengan sidang pleno I dan sidang paripurna I oleh presidium sidang sementara, sidang pleno II dan sidang paripurna II oleh presidium sidang tetap, serta sidang Pleno III dan sidang paripurna III oleh presidium sidang tetap.
Dua calon Ketua HMJ Pendidikan Sosiologi yang bernama Sang Ayu Putu Mariyastini dari semester 4 kelas A dan I Gusti Agung Angga dari semester 4 kelas B. Untuk memutuskan sebagai Ketua HMJ Pendidikan Sosiologi yang baru melalui musyawarah mufakat. Namun karena dalam musyawarah ini belum memperoleh keputusan maka diadakan lobbying namun belum juga mencapai mufakat sehingga dilakukan voting terbuka. Hasil dari voting dapat diperoleh jumlah dari pemilih calon pertama (Sang Ayu Putu Mariyastini) sebanyak 31 suara sedangkan calon kedua (I Gusti Agung Angga) berjumlah 8 suara. Sehingga dapat diputuskan bahwa Sang Ayu Putu Mariyastini menjabat sebagai Ketua HMJ Pendidikan Sosiologi dengan masa jabatan 2016/2017.
Kesan dan pesan Ketua HMJ Pendidikan Sosiologi yang baru dengan mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memilihnya menjadi Ketua HMJ Pendidikan Sosiologi masa bakti 2016/2017 dan sekaligus mengatakan mari kita bersama-sama bergandengan tangan untuk mewujudkan HMJ Pendidikan Sosiologi yang lebih baik “kita satukan jiwa, raga dan hati dalam satu janji, seribu bakti”.
Kegiatan suksesi akhirnya ditutup oleh Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi dengan mengucapkan selamat dan sukses kepada Ketua HMJ Pendidikan Sosiologi yang baru dan memberikan pesan untuk dapat mengembangkan Jurusan Pendidikan Sosiologi menjadi yang lebih baik.

Reportase oleh Indah Kumala Sari

Jumat, 29 Januari 2016

KEGIATAN BAKTI SOSIAL DI PANTI ASUHAN NARAYAN SEVA DI BULELENG BALI



Kegiatan Bakti Sosial Di Panti Asuhan Narayan Seva Buleleng Bali
Kamis, 3 Desember 2015 merupakan hari terlaksananya kegiatan bakti sosial di Panti Asuhan Narayan Seva, Desa Kerobokan , Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali. Kegiatan ini dalam rangka serangkaian kegiatan menjelang hari perayaan ulang tahun Jurusan Pendidikan Sosiologi yang pertama yang akan dilaksanakan pada Sabtu, 5 Desember 2015 . Kegiatan ini didukung oleh partisipasi mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi yang mengikuti kegiatan bakti sosial yang dilakukan dengan anak-anak panti serta para dosen yang ikut hadir dalam kegiatan bakti sosial dan para pegurus Panti Asuhan Narayan Seva.
Tujuan kegiatan bakti sosial adalah terealisasinya salah satu progran kerja HMJ Pendidikan Sosiologi. Selain itu, kegiatan ini memiliki nilai-nilai yang dapat diperoleh dari mahasiswa Pendidikan Sosiologi, seperti nilai solidaritas atas dasar rasa kekeluargaan, saling mengasihi dan saling menyayangi yang ditujukan kepada anak-anak panti asuhan Narayan Seva.
Sebelum kegiatan membersihkan lingkungan panti dimulai, terlebih dahulu diawali dengan serangkaian kegiatan pembuka antara lain kegiatan pembuka oleh Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi (Dr. I Ketut Margi, M.Si), kemudian dilanjutkan dengan penampilan dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi dengan bernyanyi yang kemudian diikuti semua yang hadir di panti dan perwakilan dari anak-anak panti asuhan Narayan Seva dengan menampilkan Yoga.
Setelah kegitan di atas, dilanjutkan dengan melakukan pembersihan di sekitar area Panti Asuhan Narayan Seva yang dilakukan oleh anak-anak panti dan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi. Adapun kegiatan ini sangat berguna bagi mereka yang meliputi mereka bisa semakin dekat, menumbuhkan rasa saling mengasihi/menyayangi/mencintai kepada sesama manusia, menambah wawasan mahasiswa tentang kehidupan anak-anak panti dan lain sebagainya.
Kegiatan ini di akhiri dengan istirahat dengan menyantap kudapan yang disediakan kemudian diiringi penutupan yang ditutup oleh Pembawa Acara dan sekaligus pemberian kenang-kenangan kepada Panti Asuhan Narayan Seva dari Jurusan Pendidikan Sosiologi.

Senin, 04 Januari 2016

MAKAM KERAMAT SYEKH ABDUL QADIR MUHAMMAD (THE KWAN LIE) DI PANTAI KARANG RUPIT



MAKAM KERAMAT SYEKH ABDUL QADIR MUHAMMAD (THE KWAN LIE) DI PANTAI KARANG RUPIT

Sabtu, 12 November 2015 adalah hari tidak ada kegiatan perkuliahan. Untuk mengisi hari tersebut maka dilaksanakan salah satu program kerja Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi yaitu Studi Religi. Lokasi kegiatannya di makam keramat di pantai Karang Rupit, Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Singaraja Bali. 

Di Desa Temukus (Labuan Aji) terdapat sebuah makam keramat Syekh Abdul Qadir Muhammad (The Kwan Pao Lie). Kemudian nama The Kwan Pao Lie disingkat menjadi The Kwan Lie, ia adalah seorang muslim dari Cina yang telah menyebarkan Agama Islam di Buleleng. Sebelum The Kwan Lie datang ke Bali, ia menjadi pengawal setia Prabu Erlangga dari kerajaan Majapahit. Pada suatu hari, The Kwan Lie dan Prabu Erlangga berkunjung ke keraton Cirebon, The Kwan Lie sempat meguru Agama Islam kepada Sunan Gunung Jati. Karena ketaatan dan ketekunannya The Kwan Lie menjadi waliyullah di Buleleng.
Setelah The Kwan Lie wafat mendapatkan gelar Syekh Abdul Qadir Muhammad dari masyarakat dan tokoh atau ulama. Kemudian makam keramat The Kwan Lie menjadi perhatian masyarakat yang berbondong-bondong datang ke makam ini hanya untuk berdoa, meneliti, maupun hanya berkunjung. Latar belakang masyarakat yang datang tidak hanya dari orang pemeluk Agama Islam tetapi juga orang pemeluk Agama Hindu, hanya saja mereka melakukan upacara menurut keyakinan masing-masing. Bukan hanya itu saja, pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari daerah Bali, tetapi juga luar daerah Bali, termasuk para rombongan/jamaat dari beberapa daerah di Jawa yang saat tahun ini membanjiri area makam keramat di Karang Rupit.
The Kwan Lie juga disebut sebagai salah satu wali pitu di Bali. Makam ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat makam saja tetapi juga sebagai simbol/tanda, tempat untuk melakukan transaksi jual beli dan sebagai tempat wisata. Hal ini menunjukkan eksistensi Agama Islam di Bali. Tempat ini merupakan kebudayaan  yang semakin mantap sehingga umat islam dapat berkumpul di makam keramat Karang Rupit  dan menjaga serta melestarikannya.



Adapun nilai-nilai yang dapat diperoleh dari kegiatan Studi Religi yaitu nilai  toleransi, solidaritas, kohesi dan religius. Sedangkan nilai yang dapat diperoleh dari keberadaan makam keramat di Karang Rupit yaitu nilai religius, ekonomi,
 toleransi, kohesi, multikultural dan lain-lain.
Keberadaan makam keramat membuat hubungan antara umat muslim dengan umat Hindu semakin erat. Mereka saling melengkapi. Di sekitar jalan menuju makam keramat Karang Rupit banyak pedagang buah-buahan yang notaben orangnya pemeluk Agama Hindu. Begitu pula dengan kegiatan Studi Religi yang telah dilaksanakan membuat mahasiswa Hindu Jurusan Pendidikan Sosiologi dapat mengenal kebiasaan orang muslim, khususnya dalam kegiatan berziarah ke makam.
Kondisi bangunan makam dari tahun ke tahun mengalami perubahan semakin baik, walaupun ada beberapa fasilitas yang harus dilengkapi lagi. Semoga ke depannya bisa melengkapi fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan baik para peziarah maupun untuk mengembangkan dalam segi pembangunan makam.

*Reportase oleh Indah Kumala Sari


KEBERAGAMAN PURA NEGARA GAMBUR ANGLAYANG



KEBERAGAMAN PURA NEGARA GAMBUR ANGLAYANG

Sabtu, 12 November 2015 merupakan hari untuk melaksanakan salah satu program kerja Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi yaitu Studi Religi. Kegiatan ini ditujukan kepada seluruh mahasiswa Pendidikan Sosiologi serta para dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Sosiologi yang mengikuti kegiatan ini untuk mendampingi jalannya kegiatan Studi Religi.

 
Pura Negara Gambur Anglayang adalah tempat pilihan untuk melaksanakan kegiatan Studi Religi mengingat latar belakang agama mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sosiologi yang beragam. Hal ini berkaitan dengan keberadan Pura Negara Gambur Anglayang yang diketahui bahwa pura ini adalah pura multikultur. Dengan adanya pelinggih-pelinggih yang latar belakang etnik dan agamanya berbeda. Mulai dari pelinggih Ratu Bagus Sundawan dari unsur Suku Sunda, pelinggih Ratu Bagus Melayu dari unsur ras Melayu, Ratu Ayu Syahbandar dan Ratu Manik Mas yang menunjukkan unsur Cina atau Buddha, pelinggih Ratu Pasek, Dewi Sri dan Ratu Gede Siwa yang mencerminkan unsur Hindu serta yang paling unik pelinggih Ratu Gede Dalem Mekah yang memperlihatkan unsur Islam. Adapun struktur dari Pura Negara Gambur Anglayang terdiri dari tiga halaman atau mandala yaitu Nista Mandala (jaba sisi), madya mandala (jaba tengah), dan utama mandala (jeroan).

Pura ini terletak di Desa Kubutambahan,  Buleleng timur. Konon tempat ini adalah pusat perdagangan nusantara. Para pendatang  masuk ke Bali melalui pantai, termasuk pantai  utara. Mereka membawa budaya dan agama untuk diperkenalkan kepada Bali. Sebagai wujud kerukunan antar umat agama dulu, Pura Negara Gambur Anglayang dapat memberikan  teladan untuk generasi penerus bangsa dan sampai sekarang pura ini tetap dijaga dan  dikembangkan supaya generasi yang akan datang mengetahui peninggalan sejarah bentuk kerukunan antar umat beragama di Bali.
Pura Negara Gambur Anglayang memiliki nilai-nilai sosial yang dapat dijadikan dasar dalam pergaulan sehari-hari. Nilai tersebut mengarah pada nilai sosial yang meliputi kohesi sosial artinya menekan perbedaan atau memperkuat ikatan sosial, solidaritas artinya memiliki rasa saling memiliki, kebudayaan artinya pura ini merupakan warisan budaya dalam bentuk bangunan/fisik, toleransi artinya dapat menciptakan dua kebudayaan saling berhubungan, religi untuk melakukan kegiatan keagamaan dan nilai pendidikan artinya pura ini dapat dijadikan sumber belajar atau media pendidikan multikultur.

Pemangku Pura Negara Gambu Anglayang juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan Studi Religi yakni sebagai nara sumber untuk menyampaikan penjelasan mengenai pura ini. Sedangkan para mahasiswa dan dosen menyimak apa yang disampaikan oleh nara sumber (pemangku).




*Reportase oleh Indah Kumala Sari

KAJIAN BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA PURA BEJI

Sabtu, 12 September 2015 adalah hari untuk melaksanakan kegiatan Studi Religi di Jurusan Pendidikan Sosiologi, universitas pendidikan ganesha. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari terealisasinya program kerja Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi. Tempat yang dikunjungi untuk melaksanakan kegiatan Studi Religi adalah di Pura Beji, Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Singaraja Bali. Partsipasi dari mahasiswa dan para dosen yang mengikuti kegiatan Studi Religi membuat kegiatan tersebut menjadi aktif serta panitia pelaksana yang membantu jalannya kegiatan Studi Religi sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya.
 


Pura Beji adalah salah satu pura atau tempat peribadatan Agama Hindu yang terkenal di pulau Bali utara. Pura ini memiliki keunikan tersendiri sehingga menjadi sangat populer karena arsitektur yang berbeda dengan pura-pura di Bali barat dan selatan.
Bentuk Pura Beji lebih simetris dan sangat kental dengan pengaruh Tiongkok. Tumbuh-tumbuhan atau bunga yang digunakan sebagai motif ukiran di Pura Beji sesungguhnya merupakan sebagai salah satu manifestasi ajaran filsafat (tatwa) agama Hindu, ditampilkan melalui simbol-simbol relief yang sakral. Motif bunga berdigestilir sulur-suluran tetumbuhan secara filosofis melambangkan kesuburan dan kemakmuran.

Selain keunikannya, Pura Beji memiliki fungsi bagi masyarakat dan kegiatan Studi Religi. Pura ini dipercaya oleh warga setempat sebagai tempat untuk menyembah Dewi Sri yang diyakini Dewi kemakmuran yang berkaitan dengan pertanian. Supaya hasil pertanian bagus maka warga melakukan persembahyangan di pura ini. Selain sebagai tempat yang sakral, tempat ini dapat menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Pura ini juga dijadikan sebagai warisan budaya sebagai bukti, seperti Tari Rejang Gede, Tari Plaus dan tradisi Ngusaba Bukakak yang sampai sekarang masih di pertahankan oleh masyarakat desa Sangsit.
Sedangkan fungsi dari kegiatan Studi Religi di Pura Beji bagi mahasiswa yaitu mahasiswa dapat mendapatkan informasi tentang pura ini sehingga memperoleh pemahaman lintas budaya, mengingat mahasiwa dari Jurusan Pendidikan Sosiologi yang memiliki latar belakang agama yang beragam sehingga mereka dapat memperkuat atau bersatu dalam kegiatan ini dan dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Selain fungsi di atas, ditekankan pada fungsi sosial. Bagi warga setempat yang datang ke Pura Beji dapat bersatu dan terhubung dengan anggota masyarakat lain yang datang ke pura ini sehingga dapat membawa dampak seperti saling berinteraksi, bahkan melakukan transaksi untuk bekerja sama dalam bisnis dan kegiatan positif lainnya. Kemudian bagi mahasiswa dapat memperkuat kerukunan, menciptakan solid yang tinggi, menumbuhkan sikap multikultur bagi mahasiswa di lingkungan Jurusan Pendidikan Sosiologi.
Kegiatan studi religi ini diawali dengan persembahyangan bersama yang dipimpin langsung oleh pemangku setempat. Setelah sembahyang kegiatan ini dilanjutkan dengan observasi dan wawancara yang juga dibantu oleh pemangku sebagai narasumber. Secara umum pura ini dianggap sebagai pura bersemayamnya sejumlah dewa-dewi yang kerap dipuja oleh masyarakat guna memohon kelancaran dalam usaha pertanian.

*Reportase oleh Indah Kumala Sari