Bentuk Pura Beji lebih simetris dan sangat kental dengan pengaruh Tiongkok. Tumbuh-tumbuhan atau bunga yang digunakan sebagai motif ukiran di Pura Beji sesungguhnya merupakan sebagai salah satu manifestasi ajaran filsafat (tatwa) agama Hindu, ditampilkan melalui simbol-simbol relief yang sakral. Motif bunga berdigestilir sulur-suluran tetumbuhan secara filosofis melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
Selain keunikannya, Pura Beji memiliki fungsi bagi masyarakat dan kegiatan Studi Religi. Pura ini dipercaya oleh warga setempat sebagai tempat untuk menyembah Dewi Sri yang diyakini Dewi kemakmuran yang berkaitan dengan pertanian. Supaya hasil pertanian bagus maka warga melakukan persembahyangan di pura ini. Selain sebagai tempat yang sakral, tempat ini dapat menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Pura ini juga dijadikan sebagai warisan budaya sebagai bukti, seperti Tari Rejang Gede, Tari Plaus dan tradisi Ngusaba Bukakak yang sampai sekarang masih di pertahankan oleh masyarakat desa Sangsit.
Sedangkan fungsi dari kegiatan Studi Religi di Pura Beji bagi mahasiswa yaitu mahasiswa dapat mendapatkan informasi tentang pura ini sehingga memperoleh pemahaman lintas budaya, mengingat mahasiwa dari Jurusan Pendidikan Sosiologi yang memiliki latar belakang agama yang beragam sehingga mereka dapat memperkuat atau bersatu dalam kegiatan ini dan dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Selain fungsi di atas, ditekankan pada fungsi sosial. Bagi warga setempat yang datang ke Pura Beji dapat bersatu dan terhubung dengan anggota masyarakat lain yang datang ke pura ini sehingga dapat membawa dampak seperti saling berinteraksi, bahkan melakukan transaksi untuk bekerja sama dalam bisnis dan kegiatan positif lainnya. Kemudian bagi mahasiswa dapat memperkuat kerukunan, menciptakan solid yang tinggi, menumbuhkan sikap multikultur bagi mahasiswa di lingkungan Jurusan Pendidikan Sosiologi.
Kegiatan studi religi ini diawali dengan persembahyangan bersama yang dipimpin langsung oleh pemangku setempat. Setelah sembahyang kegiatan ini dilanjutkan dengan observasi dan wawancara yang juga dibantu oleh pemangku sebagai narasumber. Secara umum pura ini dianggap sebagai pura bersemayamnya sejumlah dewa-dewi yang kerap dipuja oleh masyarakat guna memohon kelancaran dalam usaha pertanian.
*Reportase oleh Indah Kumala Sari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar