KEBERAGAMAN PURA NEGARA GAMBUR ANGLAYANG
Sabtu, 12 November 2015 merupakan hari
untuk melaksanakan salah satu program kerja Himpunan Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Sosiologi yaitu Studi Religi. Kegiatan ini ditujukan kepada seluruh
mahasiswa Pendidikan Sosiologi serta para dosen di lingkungan Jurusan
Pendidikan Sosiologi yang mengikuti kegiatan ini untuk mendampingi jalannya
kegiatan Studi Religi.
Pura Negara Gambur
Anglayang adalah tempat pilihan untuk melaksanakan kegiatan Studi Religi
mengingat latar belakang agama mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sosiologi yang
beragam. Hal ini berkaitan dengan keberadan Pura Negara Gambur Anglayang yang
diketahui bahwa pura ini adalah pura multikultur. Dengan adanya
pelinggih-pelinggih yang latar belakang etnik dan agamanya berbeda. Mulai dari pelinggih Ratu
Bagus Sundawan dari unsur Suku Sunda, pelinggih Ratu Bagus Melayu
dari unsur ras Melayu, Ratu Ayu Syahbandar dan Ratu Manik Mas yang
menunjukkan unsur Cina atau Buddha, pelinggih Ratu Pasek, Dewi Sri dan Ratu
Gede Siwa yang mencerminkan unsur Hindu serta yang paling unik pelinggih Ratu
Gede Dalem Mekah yang memperlihatkan unsur Islam. Adapun struktur dari Pura Negara Gambur
Anglayang terdiri dari tiga halaman atau mandala yaitu Nista Mandala (jaba
sisi), madya mandala (jaba tengah), dan utama mandala (jeroan).
Pura ini terletak di Desa Kubutambahan, Buleleng timur. Konon tempat ini adalah pusat perdagangan nusantara. Para pendatang masuk ke Bali melalui pantai, termasuk pantai utara. Mereka membawa budaya dan agama untuk diperkenalkan kepada Bali. Sebagai wujud kerukunan antar umat agama dulu, Pura Negara Gambur Anglayang dapat memberikan teladan untuk generasi penerus bangsa dan sampai sekarang pura ini tetap dijaga dan dikembangkan supaya generasi yang akan datang mengetahui peninggalan sejarah bentuk kerukunan antar umat beragama di Bali.
Pura Negara Gambur Anglayang memiliki
nilai-nilai sosial yang dapat dijadikan dasar dalam pergaulan sehari-hari.
Nilai tersebut mengarah pada nilai sosial yang meliputi kohesi sosial artinya
menekan perbedaan atau memperkuat ikatan sosial, solidaritas artinya memiliki
rasa saling memiliki, kebudayaan artinya pura ini merupakan warisan budaya
dalam bentuk bangunan/fisik, toleransi artinya dapat menciptakan dua kebudayaan
saling berhubungan, religi untuk melakukan kegiatan keagamaan dan nilai
pendidikan artinya pura ini dapat dijadikan sumber belajar atau media
pendidikan multikultur.
Pemangku Pura Negara Gambu Anglayang juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan Studi Religi yakni sebagai nara sumber untuk menyampaikan penjelasan mengenai pura ini. Sedangkan para mahasiswa dan dosen menyimak apa yang disampaikan oleh nara sumber (pemangku).
*Reportase oleh Indah Kumala
Sari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar