Senin, 04 Januari 2016

KEBERAGAMAN PURA NEGARA GAMBUR ANGLAYANG



KEBERAGAMAN PURA NEGARA GAMBUR ANGLAYANG

Sabtu, 12 November 2015 merupakan hari untuk melaksanakan salah satu program kerja Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi yaitu Studi Religi. Kegiatan ini ditujukan kepada seluruh mahasiswa Pendidikan Sosiologi serta para dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Sosiologi yang mengikuti kegiatan ini untuk mendampingi jalannya kegiatan Studi Religi.

 
Pura Negara Gambur Anglayang adalah tempat pilihan untuk melaksanakan kegiatan Studi Religi mengingat latar belakang agama mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sosiologi yang beragam. Hal ini berkaitan dengan keberadan Pura Negara Gambur Anglayang yang diketahui bahwa pura ini adalah pura multikultur. Dengan adanya pelinggih-pelinggih yang latar belakang etnik dan agamanya berbeda. Mulai dari pelinggih Ratu Bagus Sundawan dari unsur Suku Sunda, pelinggih Ratu Bagus Melayu dari unsur ras Melayu, Ratu Ayu Syahbandar dan Ratu Manik Mas yang menunjukkan unsur Cina atau Buddha, pelinggih Ratu Pasek, Dewi Sri dan Ratu Gede Siwa yang mencerminkan unsur Hindu serta yang paling unik pelinggih Ratu Gede Dalem Mekah yang memperlihatkan unsur Islam. Adapun struktur dari Pura Negara Gambur Anglayang terdiri dari tiga halaman atau mandala yaitu Nista Mandala (jaba sisi), madya mandala (jaba tengah), dan utama mandala (jeroan).

Pura ini terletak di Desa Kubutambahan,  Buleleng timur. Konon tempat ini adalah pusat perdagangan nusantara. Para pendatang  masuk ke Bali melalui pantai, termasuk pantai  utara. Mereka membawa budaya dan agama untuk diperkenalkan kepada Bali. Sebagai wujud kerukunan antar umat agama dulu, Pura Negara Gambur Anglayang dapat memberikan  teladan untuk generasi penerus bangsa dan sampai sekarang pura ini tetap dijaga dan  dikembangkan supaya generasi yang akan datang mengetahui peninggalan sejarah bentuk kerukunan antar umat beragama di Bali.
Pura Negara Gambur Anglayang memiliki nilai-nilai sosial yang dapat dijadikan dasar dalam pergaulan sehari-hari. Nilai tersebut mengarah pada nilai sosial yang meliputi kohesi sosial artinya menekan perbedaan atau memperkuat ikatan sosial, solidaritas artinya memiliki rasa saling memiliki, kebudayaan artinya pura ini merupakan warisan budaya dalam bentuk bangunan/fisik, toleransi artinya dapat menciptakan dua kebudayaan saling berhubungan, religi untuk melakukan kegiatan keagamaan dan nilai pendidikan artinya pura ini dapat dijadikan sumber belajar atau media pendidikan multikultur.

Pemangku Pura Negara Gambu Anglayang juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan Studi Religi yakni sebagai nara sumber untuk menyampaikan penjelasan mengenai pura ini. Sedangkan para mahasiswa dan dosen menyimak apa yang disampaikan oleh nara sumber (pemangku).




*Reportase oleh Indah Kumala Sari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar